Ilmu Budaya Dasar dalam hal ini memberikan pengetahuan dasar dalam
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan
kebudayaan, dimana yanag terdapat dalam manusia yang sangat melekat pada
dirinya sendiri. Maka dalam hal ini, saya ingin membahas mengenai cinta kasih,
pemujaan, kemesraan, pemujaan, belas kasih, keindahan, dan penderitaan.
I. Manusia dan Cinta Kasih
1. Pengertian
Cinta Kasih
Cinta adalah rasa sangat suka atau sayang (kepada) ataupun rasa sangat
kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan
sayang atau cinta (kepada) atau sangat menaruh belas kasihan. Dengan demikian
cinta kasih dapat diatikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang
disertai dengan menaruh belas kasihan.
Terdapat perbedaan antara cinta dan kasih, cinta lebih mengandung
pengertian tentang rasa yang mendalam sedangkan kasih merupakan pengungkapan
untuk mengeluarkan rasa, mengarah kepada yang dicintai.
Cinta sama sekali bukan nafsu, perbedaan antara cinta dengan nafsu
adalah sebagai berikut:
1. Cinta bersifat manusiawi
2. Cinta bersifat rokhaniah sedangkan nafsu bersifat jasmaniah.
3. Cinta menunjukkan perilaku memberi, sedangkan nafsu cenderung
menuntut.
Namun dalam jaman anak muda saat ini Cinta bagi mereka adalah Cinta
dimana untuk meluapkan nafsunya terhadap pasangan bukan dengan tulus tapi
karena nafsu itu. Maka itu seorang anak muda agar tidak menyimpang dari akal
sehat dan ketulusan akan asmara maka harus memahami dalam begitu dalam mengenai
CINTA berikut pembahasannya.
A. Unsur
dalam Cinta
Dalam dunia romantic mungkin sebagian orang sangat
paham mengenai Cinta, namun kiranya harus mengetahui unsur didalamnya, Terdapat
4 unsur yang menurut saya yang sering melekat yaitu;
- Pengasuhan, contohnya adalah cinta seorang ibu kepada anaknya.
- Tanggung Jawab, adalah tindakan yang benar-benar berdasar atas suka
rela, oleh karena itu tanggung jawab
merupakan penyelenggaraan atas kebutuhan fisik.
- Perhatian, merupakan suatu perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan
pribadi orang lain, terutama agar mau membuka dirinya, memperhatikan
sebagaimana adanya.
- Pengenalan, merupakan keinginan untuk mengetahui rahasia manusia.
B. 3 Unsur
dalam Segitiga Cinta
Pengertian tentang cinta juga diungkapkan oleh Dr.
Salito W. Sarwono dalam artikel yang berjudul Segitiga Cinta, bukan cinta
segitiga. Dikatakan bahwa cinta yang ideal memiliki 3 unsur yaitu;
- Keterikatan yaitu adanya perasaan untuk hanya bersama orang yang dicintai,
segala prioritas hanya untuk dia.
- Keintiman yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang
menunjukkan bahwa tidak ada jarak lagi, sehingga panggilan formal digantikan
dengan sekedar memanggil nama, atau sebutan lain seperti lain seperti sayang,
makan/minum dari satu piring/cangkir, tidak saling menyimpan rahasia, dst.
- Kemesraan yaitu rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kengen apabila
jauh atau lama tidak bertemu, ucapan-ucapan yang mengatakan sayang, saling
mencium, merangkul, dsb.
Setelah diberikan uraian tentang cinta sejati oleh
tiga ahli di atas, berikut ini akan dijelaskan masalah kasih. Telah dikemukakan
bahwa kasih adalah perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasih.
2. Cinta
menurut ajaran Agama Kristiani
Menurut bahasa Yunani ada empat kata untuk kata “kasih/ cinta”. Agape
adalah kasih yang tak bersyarat, eros adalah kasih yang menginginkan, philia
adalah kasih antara sahabat/ saudara, dan storge adalah ungkapan kasih kodrati,
seperti antara orang tua kepada anak (namun ungkapan yang keempat ini jarang
digunakan dalam karya tulis kuno). Tentang eros, philia dan agape, kami mengacu
kepada surat ensiklik pertama dari Paus Benediktus XVI, yang berjudul Deus
Caritas est - God is Love:
Jadi eros dan agape menggambarkan realitas kasih yang tidak
terpisahkan. Kasih tidak bisa selalu
memberi (agape) tetapi juga menerima (eros). Mereka yang ingin memberi kasih
harus juga menerima kasih pada Tuhan, kasih eros-Nya kepada manusia juga adalah
kasih yang total agape. Kasih Tuhan yang membara kepada manusia adalah juga
kasih-Nya yang mengampuni. Kasih Allah yang sedemikian kepada manusia
digambarkan sebagai kasih antara mempelai pria dan wanita, seperti tertulis
dalam kitab Kidung Agung, yaitu bahwa manusia dapat masuk ke dalam kesatuan
dengan Tuhan, “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu
roh dengan Dia.” (1 Kor 6:17), contoh penggunaan kata philia dan agape, dalam perikop Yoh 21:15-19.
Di sana Yesus bertanya sebanyak tiga kali kepada Rasul Petrus, “Apakah engkau
mengasihi Aku?” Pertanyaan Yesus yang pertama dan kedua menggunakan kata agape, Apakah engkau mengasihi (agapo) Aku? Namun Petrus selalu
menjawabnya dengan, “….Engkau tahu bahwa aku mengasihi (philieo) Engkau”. Yang ketiga
kalinya, Yesus bertanya, “Apakah engkau mangasihi (phileo)
Aku?” Dan Petrus menjawab, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu,
bahwa aku mengasihi (phileo) Engkau.”
Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yoh 21:17).
3. Kemesraan,
Pemujaan, dan Belas Kasih
Kemesran berasal dari kata mesra, yang artinya perasaan simpati yang akrab.
Kemesraan ialah hubungan yang akrab baik antara pria wanita yang sedang dimabuk
asmara maupun yang sudah berumah tangga. Kemesraan pada dasarnya merupakan
perwujudan kasih sayang mendalam. Filsuf Rusia, Salovjef dalam bukunya kasih
mengatakan “jika seorang pemuda jatuh cinta pada seorang gadis secara serius,
is terlempar keluar dari cinta diri. Ia mulai hidup untuk orang lain”.
Kemampuan mencintai memberi nilai hidup, berikut tingkatan Kemesraan dalam
perkembangan hidup;
A. Kemesraan Dalam Tingkat Remaja
Yaitu masa dimana remaja meiliki kematangan organ kelamin yang menyebankan dorongan seksualitasnya kuat (heterosexsual). Pada saat demikian cinta erotis berkembang sehingga bila tidak hati-hati akan terjerumus dalam nafsu semata.
B. Kemesraan Dalam Rumah Tangga
Merupakan kemesraan atau hubungan akrab antara suami istri dalam perkawinan. Biasanya pada tahun-tahun pertama perkawinan kemesraan masih sangat terasa, tapi seiring berjalannya waktu dan kebutuhan yang semakin banyak kadang-kadang kemesraan yang ada mulai luntur, yang disebabkan beberapa faktor antara lain;
- Faktor Fisik
Pada usia 45-50 tahun istri mulau menopause, sehingga nafsu seksnya berkurang sedangkan pria dalam usia tersebut merasa fisiknya justru sedang hebat-hebatnya.
- Faktor Psikis
Pada usia sekitar 45 istri merasakan kemajuan dalam menghadapi partner tetap, oleh karena itu terjadi keengganan untuk melayani. Saat istri mulai enggan melayani suami mencari partner lain, yang terutama mampu melayani kebutuhannya.
- Faktor Sosial
Factor ini timbul karena titik perhatian istri yang tadinya dipusatkan pada suami, maka pada usia 45-50 tahun mulai beralih kepada anak-anak atau cucunya. Sementara itu suami lebih mementingkan karier atau hubungannya dengan masyarakant ataupun organisasi masyarakat.
C. Kemesraan Manusia Usia Lanjut
Kemesraan bagi manula berbeda dengan kemesraan waktu remaja, kemesraan itu dapat diwujudkan pada waktu makan, duduk, jalan-jalan, menonton televise, membaca Koran secara bersama.
Yaitu masa dimana remaja meiliki kematangan organ kelamin yang menyebankan dorongan seksualitasnya kuat (heterosexsual). Pada saat demikian cinta erotis berkembang sehingga bila tidak hati-hati akan terjerumus dalam nafsu semata.
B. Kemesraan Dalam Rumah Tangga
Merupakan kemesraan atau hubungan akrab antara suami istri dalam perkawinan. Biasanya pada tahun-tahun pertama perkawinan kemesraan masih sangat terasa, tapi seiring berjalannya waktu dan kebutuhan yang semakin banyak kadang-kadang kemesraan yang ada mulai luntur, yang disebabkan beberapa faktor antara lain;
- Faktor Fisik
Pada usia 45-50 tahun istri mulau menopause, sehingga nafsu seksnya berkurang sedangkan pria dalam usia tersebut merasa fisiknya justru sedang hebat-hebatnya.
- Faktor Psikis
Pada usia sekitar 45 istri merasakan kemajuan dalam menghadapi partner tetap, oleh karena itu terjadi keengganan untuk melayani. Saat istri mulai enggan melayani suami mencari partner lain, yang terutama mampu melayani kebutuhannya.
- Faktor Sosial
Factor ini timbul karena titik perhatian istri yang tadinya dipusatkan pada suami, maka pada usia 45-50 tahun mulai beralih kepada anak-anak atau cucunya. Sementara itu suami lebih mementingkan karier atau hubungannya dengan masyarakant ataupun organisasi masyarakat.
C. Kemesraan Manusia Usia Lanjut
Kemesraan bagi manula berbeda dengan kemesraan waktu remaja, kemesraan itu dapat diwujudkan pada waktu makan, duduk, jalan-jalan, menonton televise, membaca Koran secara bersama.
Puisi :
Dulu…
Mungkin aku acuh tak acuh akan dirimu
Aku pun dulu tak peduli akan dirimu
Aku pun tak melihat betapa engkau benar-benar mencintaiku
Hingga saat ini ku
menyadari akan itu semua
Linangan air
mataku keluar begitu saja
Ketika bayangan
wajahmu hadir bagaikan cahaya
Saat ini ku menatap sang rembulan
Ku mengadu pada bintang
Satu impian yang tak sampai
Kan ku simpan untukku jadikan kenangan
Bahwa kaulah Cinta yang terindah yang pernah ada dalam hatiku
II. Manusia dan Keindahan
1. Pengertian
keindahan
Keindahan merupakan suatu nilai
yang menjadi kan sesuatu itu sangat begitu berkesan dalam kasat mata setiap
orang. Laurence M. gould mengutip pendapatnya coleritge dalam
wukmir dan gopinatha (1981;43) sebagai berikut; ‘’keindahan adalah kesatuan dan
keanekaan’’.jika melihat adalah kasatuan, maka mungkin yang dimaksud adalah
pengamatan, perasaan, pemikiran, dan penginderaan pandangan serta sasaran
tujuan, kepada obyek yang dikatakan indah. Selanjutnya keanekaan keindahan,
mungkin juga yang dimaksud adalah berbagai macam bentuk keindahan yang tercakup
di dalam sejumlah obyek yang dikatakan indah. Estetika adalah salah satu cabang
filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan,
bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya.
Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang
mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian
terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan
filosofi seni.
2. Nilai Estetika
Estetika berasal dari bahasa Yunani,
αισθητική, dibaca aisthetike. Kali pertama digunakan oleh filsuf Alexander
Gottlieb Baumgarten pada 1735 untuk pengertian ilmu tentang hal yang bisa
dirasakan lewat perasaan. Pada masa kini estetika bisa berarti tiga hal, yaitu:
a) Studi mengenai fenomena estetis
b) Studi mengenai fenomena persepsi
c) Studi mengenai seni sebagai hasil pengalaman estetis
Keindahan seharusnya sudah dinilai
begitu karya seni pertama kali dibuat. Namun rumusan keindahan pertama kali
yang terdokumentasi adalah oleh filsuf plato yang menentukan keindahan dari
proporsi, keharmonisan, dan kesatuan. Sementara aristoteles menilai keindahan
datang dari aturan-aturan, kesimetrisan, dan keberadaan. Keindahan seharusnya
memenuhi banyak aspek, aspek jasmani dan aspak rohani.
3. Perbedaan Nilai Ekstrinsik dengan Nilai Instrinsik
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari
suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya
(instrumental/contributory value), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau
pembantu. Contohnya adalah tari-tarian Darma-minakjinggo, tarian itu merupakan
nilai ekstrinsik, sedangkan pesan yang ingin disampaikan oleh tarian itu adalah
kebaikan melawan kejahatan merupakan nilai instrinsik. Jadi nilai instrinsik
itu nilai yang terkandung dalam suatu benda atau sarana tersebut.
4. Pengertian Kontemplasi dan Ekstansi
Keindahan dapat digolongkan menurut
selera seni dan selera biasa. Keindahan yang didasarkan pada selera seni
didukung oleh faktor kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi adalah suatu proses bermeditasi, merenungkan atau
berpikir penuh dan mendalam untuk mencari nilai-nilai, makna, manfaat dan
tujuan atau niat suatu hasil penciptaan. Dalam kehidupan sehari-hari orang
mungkin berkontemplasi dengan dirinya sendiri atau mungkin juga dengan
benda-benda ciptaan Tuhan atau dengan peristiwa kehidupan tertentu berkenaan
dengan dirinya atau di luar dirinya. Di kalangan umum kontemplasi diartikan
sebagai aktivitas melihat dengan mata atau dengan pikiran untuk mencari sesuatu
dibalik yang tampak atau tersurat misalnya, dalam ekspresi seseorang sedang
berkontemplasi dengan bayang-bayang atau dirinya dimuka cermin. Ekstansi adalah dasar dalam diri
manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah.
Apabila kontemplasi dan ekstansi itu
dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi itu faktor pendorong untuk
menciptakan keindahan, sedangkan ekstansi merupakan faktor pendorong untuk
merasakan, menikmati keindahan. Karena derajat atau tingkat kontemplasi dan ekstansi
itu berbeda-beda antara setiap manusia, maka tanggapan terhadap keindahan karya
seni juga berbeda-beda.
III.
Manusia dan Penderitaan
1. Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita.
Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dara artinya menahan atau
menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak
menyenangkan. Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir
dan batin. Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas
penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang ringan.
Namun peranan individu juga menentukan
berat-tidaknya intensitas penderitaan, Karena bisa dikaitkan antara perjuangan
hidup. Maka dibagian bawah ini akan dibahas mengenai hubungan penderitaan
dengan perjuangan, sebab-sebab timbulnya penderitaan, dan juga pengaruh dalam
kehidupan seseorang;
A. Hubungan Penderitaan dan perjuangan
Suatu peristiwa yang
dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi
orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali
bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan
kebahagiaan yang merupakan perjuangan dalam mencapai kehidupan yang diinginkan.
Banyaknya macam kasus penderitaan sesuai dengan liku liku kehidupan manusia.
B. Sebab-sebab timbulnya penderitaan
Sebenarnya
penderitaan bisa dikelompokan yaitu ;
1. Penderitaan yang
timbul karena perbuatan buruk manusia dimana penderitaan ini karena perbuatan
buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia
dengan alam sekitarnya. Penderitaan yang terkadang disebut nasib buruk ini
dapat diperbaiki bila manusia itu mau berusaha untuk memperbaikinya.
2. Penderitaan yang timbul karena siksaan karena
penyakit atau azab Tuhan, namun kesabaran dan optimism merupakan usaha manusia
untuk mengatasi penderitaan itu.
C. Pengaruh penderitaan dalam kehidupan
Orang yang mengalami
penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam
dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif.
Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus
asa, ingin bunuh diri. Sikap ini di ungkapkan dalam pribahasa “Sesal dahulu
pendapatan, sesal kemudian tak berguna”, “Nasi sudah menjadi bubur”. Kelanjutan
dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak
mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap positif yaitu
sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian
penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan
penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya
kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap
anti, misalnya anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa, anti ibu
tiri, ia berjuang melawan sikap ibu tiri, anti kekerasan, ia beruang menentang
kekerasan, dan lain – lain.
Apabila sikap negatif
dan sikap positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca,
penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilaiannya.
Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai – nilai
kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah
tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai. Keadaan
yang berupa hambatan harus disingkirkan. Contoh penderitaan;
Gambar ini merupakan
kejadian penderitaan saat tsunami diaceh yang menelan jutaan korban
2. Siksaan
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan
badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rokhani. Akibat
siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Siksaan yagn sifatnya
psikis bisa berupa : kebimbangan, kesepian, ketakutan. Ketakutan yang
berlebih-lebihan yang tidak pada tempatnya disebut phobia.
A.
Penjelasan Phobia
Phobia
adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal ataufenomena. Phobia
biasanya terjadi karena pernah mengalami peristiwa kurang menyenangkan terhadap
benda atau sesuatu hal yang semuanya kemudian ditekan kedalam alam bawah sadar,
bisa jg pristiwa traumatis di masa kecil menjadi penyebab terjadinya phobia.
Phobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi
sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap Phobia sulit dimengerti, lucu,
ataupun aneh. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan
oleh teman sekitarnya.
Ada
3 Macam Golongan Phobia yaitu :
a) agoraphobia, yaitu adalah rasa takut yang muncul ketika berada di
tempat yang ramai dan penuh orang. Ia akan cenderung mencari jalan keluar dan
mencari tempat yang sepi.
b) Social phobia, di mana rasa takut bertemu dengan orang, dan berusaha
sebisa mungkin menghindari pertemuan dengan orang lain.
c) Spesific phobia, sebuah ketakutan akan suatu objek atau situasi,
misal: takut air, takut akan hewan.
B.
Siksaan yang bersifat psikis
Yang pertama ada
Kebimbangan,kebimbanga terjadi ketika seseorang tidak dapat mengambil keputusan
untuk memilih salah satu yang bagus atau baik untuk dirinya dari beberapa
pilihan yang telah ada di pikiran nya,namun beberapa orang yang memegang teguh
prinsip hidupnya maka akan lebih singkat dalam memilih pilihan yang ada dan
bahkan ia pun tidak merasa bimbang.
Kedua yaitu
Kesepian,Kesepian berasal dari kata sepi yang bisa diartikan seperti sendiri,tidak mempunyai teman atau
sahabat,tidak ada suara dsb.Orang yang mengalami kesepian biasanya slalu merasa
bahwa dirinya hidup di dunia ini tanpa teman yang bisa di ajak bicara atau
bersosialisasi,salah satu faktor yang menyebabkan kesepian yaitu kurang nya
pergaulan akhirnya membuat dia malu untuk bersosialisasi dengan teman dan orang
sekitarnya,berujung pada rasa kesepian.
Ketiga yaitu
Ketakutan.Rasa takut slalu menjadi perasaan yang menyiksa bathin si penderita
nya.selama seseorang tersebut merasa ketakutan,orang tersebut merasa sangat
menderita dan berfikir akan melakuakn apapun agar ia bisa lepas dari rasa
takutnya,menurut saya rasa takut jika di biarkan maka lama kelamaan akan
berujung pada kekalutan mental,bahkan bisa menjadi gangguan kejiwaan atau GILA.
Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan antara lain : claustrophobia
dan agoraphobia, gamang, ketakutan, kesakitan, kegagalan dan kegelapan.
3.
Kekalutan Mental
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai
kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental adalah gangguan
kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus
diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar.
A.
Gejala-gejala Kekalutan Mental
Gejala permulaan bagi seseorang yang
mengalami kekalutan mental adalah :
1. nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak
napas, demam, nyeri pada lambung
2. nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan,
patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
B.
Tahapan Gangguan Jiwa
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
1. Gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si
penderita baik jasmani maupun rohani.
2. Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif
3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan
yang 3bersangkutan mengalami gangguan.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :
1. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental
yang kurang sempurna.
2. Terjadinya konflik sosial budaya.
3. Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi
yang berlebihan terhadap kehidupan
sosial.
Sumber :- http://katolisitas.org/6794/eros-philia-agape
- id.wikipedia.org/wiki/Keindahan?
- http://kevin-denianri.blogspot.com/2011/06/3-siksaan-yang-bersifat-psikis.html
Sumber :- http://katolisitas.org/6794/eros-philia-agape
- id.wikipedia.org/wiki/Keindahan?
- http://kevin-denianri.blogspot.com/2011/06/3-siksaan-yang-bersifat-psikis.html