Kamis, 12 Januari 2012

Pelayan toko dan Pengemis


Seorang pengemis tua menenteng tas plastik kumalnya memasuki sebuah Departement Store yang sangat elit di Amerika. Toko tersebut dipenuhi dengan hiasan-hiasan indah dan lantainya dilapisi dengan karpet yang mewah. Meskipun pengemis ini berpakain kotor, compang-camping dan bau, tapi ia melangkah masuk ke dalam toko dengan berani.
Seorang hamba Tuhan wanita sengaja mengikutinya dari belakang dengan maksud membela pengemis itu jika ada yang melarangnya masuk. Karena para pengunjung toko rata-rata adalah orang-orang kaya yang mengenakan jas dan gaun yang mahal, mungkin saja pemiliknya akan melarang seorang pengemis masuk ke situ. Ini akan mengganggu kenyamanan para pengunjung yang semuanya adalah kelas atas. Tapi anehnya, tidak ada seorang pun yang melarang pengemis... itu masuk. Ia bebas mendatangi setiap bagian di dalam toko itu. Pengemis tersebut berjalan ke arah gaun-gaun wanita bermerk dengan harga di atas $2.500 per buah. Jika dikurskan dalam rupiah, harga satu gaun berkisar Rp. 25.000.000,-. Pelayan toko mendekati pengemis itu dan berkata, “Apa yang bisa saya bantu?” “O, saya ingin mencoba gaun merah itu.” Kata pengemis. Seandainya Anda yang menjadi pelayan itu, apa yang akan Anda lakukan? Kemungkinan besar Anda akan melarang bahkan menyuruh pengemis itu keluar? Bukankah pakaian mahal itu akan menjadi kotor dan bau jika ia mencobanya? Tetapi apa yang dilakukan oleh pelayan itu sangat berbeda. “Berapa ukuran Ibu?” tanyanya dengan ramah. “Saya tidak tahu,” jawab pengemis. “Baiklah, saya akan mengukur Ibu dulu.” Ia melayani pengemis itu sebagai tamu terhormat. “Cobalah gaun ini,” kata pelayan. Hampir dua jam ia menghabiskan waktu untuk melayani pengemis tersebut, tetapi pengemis itu keluar toko tanpa membeli sehelai gaun pun karena ia tidak sanggup membeli. Tetapi hari itu ia keluar dengan sukacita karena ia telah diperlakukan dengan sangat manusiawi bahkan istimewa meskipun ia hanya seorang pengemis.
Hamba Tuhan wanita yang merasa penasaran bertanya kepada pelayan toko, “Mengapa Anda membiarkan pengemis itu mencoba gaun mahal itu?” “Memang sudah menjadi tugas saya melayani dan berbuat baik,” jawabnya. “Tapi pengemis itu tidak mungkin sanggup membeli gaun-gaun mahal tersebut,” kata hamba Tuhan itu lagi. “Maaf, saya tidak mau menilai dan menghakimi pelanggan, tugas saya adalah melayani dan berbuat baik,” jawab pelayan itu. Di hari Minggu, hamba Tuhan tersebut berkhotbah dengan tema, “Injil Menurut Toko Serba Ada”. Khotbah yang menyentuh ini kemudian diberitakan di surat kabar dan mendorong banyak orang untuk datang berbelanja di toko tersebut. Pengemis wanita itu memang tidak membeli apa-apa, tetapi akibat dari perlakuan istimewa terhadapnya, pada bulan itu hasil penjualan toko meningkat drastis dan keuntungan naik 48%. Perlakukanlah setiap orang dengan baik, karena semua itu akan diperhitungkan oleh Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar